Showing posts with label Pengetahuan. Show all posts
Showing posts with label Pengetahuan. Show all posts

Wednesday, March 5, 2014

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Buah dan Sayur

- 0 comments
Disamping pengaruh kondisi pasca panen, mutu buah dan sayur segar dipengaruhi juga oleh faktor prapanen, termasuk di antaranya: varietas, iklim, tanah, pupuk, pestisida, tingkat kematangan, dan status air selama penanaman (Pardede, 2005). Hanya dari bahan baku yang berasal dari hasil panen yang baiklah suatu olahan yang bermutu baik dapat diproduksi. Di tahap pasca panen, buah maupun sayur masih tetap termasuk jaringan yang hidup yang tetap aktif melakukan reaksi metabolisme. Buah dan sayur mengalami proses fisiologi yang berlanjut termasuk respirasi, diikuti perubahan-perubahan fisiologi seperti antara lain proses pelunakan jaringan, penurunan kadar asam-asam organik,  perubahan warna, kehilangan senyawa-senyawa mudah menguap yang berperan dalam pembentukan aroma.  Perubahan fisiologis yang tidak terkontrol dengan baik akan mempercepat proses penurunan mutu yang akan berakhir dengan penuaan jaringan hingga kebusukan (Aked, 2000).

Meskipun mutu merupakan konsep yang sangat luas, yakni karakteristik-karakteristik yang ada pada suatu produk yang menjadi penentu terhadap penerimaan konsumen atas suatu produk (Pardede, 2005), tetapi secara singkat dapat dikatakan mutu adalah karakteristik yang tepat sesuai dengan keinginan konsumen. Khususnya untuk buah dan sayur segar, dan sekaligus pada buah dan sayur olahan minimalis, komponen mutu yang menjadi perhatian utama konsumen antara lain: penampilan secara visual, tekstur yang berhubungan dengan apa yang diindera di mulut (mouth-feel), cita rasa -khususnya yang berhubungan dengan rasa dan aroma-, kandungan gizi dan faktor keamanan bila dikonsumsi (Lin & Zhao, 2007; Lozano, 2006).

Dari segi sensoris, konsumen lebih menitikberatkan pada pertimbangan warna, flavor dan tekstur. Ketiganya merupakan karakteristik sayuran yang berhubungan erat dengan kondisi fisiologi bahan dan kondisi mikrobiologis pada bahan.  Demikian juga halnya dengan kandungan gizi serta keamanan pada buah dan sayur olahan minimalis erat hubungannya dengan kondisi mikrobiologis bahan.
[Continue reading...]

Tuesday, March 4, 2014

Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan Naturalis & Kecerdasan Eksistensial

- 0 comments
1 
Kecerdasan Intrapersonal

a.    Kecerdasan Intrapersonal berkaitan dengan aspek internal dalam diri seseorang, seperti: perasaan hidup, rentang emosi, kemampuan untuk membedakan ragam emosi, menandainya, menggunakannya untuk memahami dan membimbing tingkah laku sendiri. 


b.    Anak dengan kecerdasan intrapersonal yang baik terlihat lebih mandiri, memiliki kemauan keras, penuh percaya diri, memiliki tujuan-tujuan tertentu. Awal masa anak-anak merupakan saat yang menentukan bagi perkembangan intrapersonal. Mereka yang memperoleh kasih sayang, pengakuan, dorongan, dan tokoh panutan cenderung mampu mengembangkan konsep diri yang positif dan mampu membentuk citra diri sejati.


c.    Pengasuh perlu menjalin komunikasi yang baik dengan anak-anak. Perlu dikembangkan model-model permainan yang memperkenalkan berbagai emosi dan perasaan, serta identifikasi diri yang sebenarnya. Kecerdasan intrapersonal mempunyai tempat di otak bagian depan. Kerusakan otak bagian ini kemungkinan akan menyebabkan orang mudah tersinggung, sementara kerusakan di bagian lebih atas kemungkinan besar akan menyebabkan sikap acuh tak acuh, enggan, lesu, lamban, apatis. Anak autis adalah salah satu contoh anak yang cacat dalam kecerdasan intrapersonal.




2Kecerdasan Naturalis

a.    Kecerdasan naturalis berkaitan dengan kemahiran dalam mengenali dan mengklasifikasikan flora dan fauna dalam lingkungannya, berkaitan pula dengan kecintaan seseorang pada benda-benda alam, binatang dan tumbuhan. Kecerdasan ini ditandai dengan kepekaan terhadap bentuk-bentuk alam, seperti daun-daunan, awan, batu-batuan.


b.    Anak yang memiliki kecerdasan naturalis cenderung menyukai alam terbuka, akrab dengan hewan peliharaan. Mereka memiliki keingintahuan yang besar tentang seluk-beluk hewan dan tumbuhan (Armstrong, 2002). 


c.    Pengasuh dapat menyediakan kondisi  dengan cara mengajak anak-anak untuk menikmati dan mengamati alam terbuka, menyediakan materi-materi seperti: membiasakan menyiram tanaman, menanam biji-bijian dan mengamati pertumbuhannya, menciptakan permainan dan program pembelajaran yang berkaitan dengan unsur-unsur alam seperti: membandingkan berbagai bentuk daun dan bunga-bungaan, mengamati perbedaan tekstur pasir, tanah, kerikil, biji-bijian dan menirukan karakteristik binatang. Pengasuh dapat pula menyediakan buku-buku yang memuat seluk-beluk hewan, alam, dan tumbuhan dengan gambar-gambar yang menarik. Melakukan kegiatan eksperimen, investigasi,  menemukan fenomena alam, pola cuaca dan lain-lain. Kecerdasan naturalis berada di wilayah-wilayah parietal kiri, berkaitan juga dengan wilayah otak yang peka terhadap sensori persepsi dan otak bagian kiri.




3Kecerdasan Eksistensial

a.    Kecerdasan eksistensial berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menempatkan diri dalam lingkup kosmos yang terjauh, dengan makna hidup, makna kematian, nasib dunia jasmani maupun rohani dan dengan makna pengalaman mendalam seperti cinta atau kesenian. Juga berkaitan dengan kemampuan merasakan, memimpikan, dan menjadi pemikir yang menyangkut hal-hal yang besar.


b.    Anak yang memiliki kelebihan kecerdasan eksistensial cenderung memiliki kesadaran akan hakikat sesuatu. Banyak pertanyaan muncul dari mereka mengenai berbagai hal yang mungkin tidak terpikirkan oleh anak lain sebayanya.


c.    Stimulasi untuk kecerdasan ini mungkin tidak mudah dilakukan oleh pengasuh, tetapi pengasuh dapat memberikan tugas untuk merenungkan sesuatu yang ada di sekitar anak, bercerita yang diakhiri dengan pertanyaan-pertanyaan yang menggugah kesadaran, seperti: “Bagaimana jika tidak mempunyai Ibu”? “Bagaimana jika tidak ada air”? dan lain sebagainya
[Continue reading...]

Kecerdasan Musikal & Kecerdasan Interpersonal

- 0 comments
1

.    Kecerdasan Musikal
a.    Kecerdasan musikal berkaitan dengan kemampuan menangkap bunyi-bunyi, membedakan, menggubah, dan mengekspresikan diri melalui bunyi-bunyi atau suara-suara yang bernada dan berirama. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, melodi, dan warna suara. 

b.    Anak yang cerdas dalam musikal cenderung cepat menghafal lagu-lagu dan bersemangat ketika kepadanya diperkenalkan lagu. Anak-anak yang memiliki kecerdasan musical suka menyanyi, bersenandung atau bersiul. Hampir semua anak memiliki kecerdasan ini. 

c.    Pengasuh perlu memfasilitasi anak agar dapat berekspresi musikal  melalui salam berirama, deklamasi, menyanyi bersama, tepuk bernada, dan bila mungkin dengan orkesrta kaleng bekas. Jika mendapat stimulasi yang tepat, kemampuan music anak akan terasah dan berkembang. Kecerdasan musical merupakan kecerdasan yang tumbuh paling awal dan mampu bertahan hingga usia tua. Kecerdasan ini mempunyai lokasi di otak kanan.



2    Kecerdasan Interpersonal
a.    Kecerdasan interpersonal melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan ini melibatkan banyak kecakapan, yakni kemampuan berempati pada orang lain, kemampuan mengorganisasi sekelompok orang menuju ke tujuan suatu tujuan bersama, kemampuan mengenali dan membaca pikiran orang lain, kemampuan berteman atau menjalin kontak. 

b.    Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal cenderung mudah memahami perasaan orang lain, mereka sering menjadi pemimpin di antara teman-temannya. Mereka pandai mengorganisasi teman-teman dan pandai mengkomunikasikan keinginannya pada orang lain. Mereka mempunyai banyak teman, mudah bersosialisasi serta senang terlibat dalam kegiatan kelompok. 

c.    Pengasuh perlu memfasilitasi kecerdasan interpersonal ini melalui pemberian kesempatan untuk berteman/bersosialisasi dan menjadi pemimpin di kelompoknya atau diantara teman-temannya. Kecerdasan ini terletak terutama pada hemisfer kanan dan sistem limbik, dan kecerdasan ini dipengaruhi oleh kualitas kedekatan atau ikatan kasih sayang selama masa kritis tiga tahun pertama, dan oleh interaksi social.
[Continue reading...]

Kecerdasan Visual-Spasial & Kecerdasan Kinestetik

- 0 comments
1.    Kecerdasan Visual-Spasial
a.    Kecerdasan visual-spasial berkaitan dengan kemampuan menangkap warna, dan ruang secara akurat serta mengubah penangkapannya tersebut ke dalam bentuk lain seperti dekorasi, arsitektur, lukisan, dan patung. 

b.    Anak yang memiliki kecerdasan visual-spasial memiliki kepekaan terhadap warna, garis-garis, bentuk-bentuk, ruang, dan bangunan, suka mencoret-coret, membentuk gambar, mewarnai dan menyusun unsur-unsur bangunan seperti puzzle dan balok-balok. Anak yang cerdas dalam visual-spasial dapat mempergunakan apapun untuk membentuk sesuatu yang bermakna baginya. 

c.     Pengasuh dapat merangsang kecerdasan ini melalui berbagai program seperti melukis, membentuk sesuatu dengan plastisin, mengecap dan menyusun potongan gambar. Perlu disediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan anak  mengembangkan daya imajinasi mereka seperti permainan konstruktif, balok-balok bentuk geometri berbagai warna dan ukuran, peralatan menggambar, pewarna, alat-alat dekoratif dan berbagai buku gambar. Menurut Gardner kecerdasan visual-spasial mempunyai lokasi di otak bagian belakang hemisfer kanan.


2.    Kecerdasan Kinestetik
a.    Kecerdasan gerak-kinestetik berkaitan dengan kemampuan menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan  perasaannya serta keterampilan mempergunakan tangan untuk mencipta atau mengubah sesuatu. Kemampuan ini meliputi kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan keakuratan menerima rangsang, sentuhan dan tekstur.

b.    Anak yang cerdas dalam gerak-kinestetik terlihat menonjol dalam kemampuan fisik (terlihat lebih kuat, lebih lincah), cenderung suka bergerak, tidak bisa duduk diam berlama-lama, mengetuk-ngetuk sesuatu, suka meniru gerak atau tingkah laku orang lain yang menarik perhatiannya dan senang beraktivitas yang mengandalkan kekuatan gerak seperti memanjat, berlari, melompat dan berguling.

c.    Pengasuh dapat memfasilitasi anak-anak yang memiliki kecerdasan ini dengan memberi kesempatan pada mereka untuk bergerak. Penyediaan kondisi belajar harus dirancang supaya anak dapat leluasa bergerak dan memberi peluang untuk mengaktualisasikan dirinya secara bebas. Dapat dilakukan di luar ruangan seperti meniti titian, berjalan satu kaki, senam irama, merayap dan lari jangka pendek. Kecerdasan gerak kinestetik mempunyai lokasi di otak serebelum (otak kecil), basal ganglia (otak keseimbangan) dan motor korteks.
[Continue reading...]

Kecerdasan Logiko-Matematik Pada Anak

- 0 comments
 
Kecerdasan Logiko-Matematik

a.    Kecerdasan Logiko-Matematik berkaitan dengan kemampuan mengolah angka dan atau kemahiran menggunakan logika.  Anak-anak yang memiliki kelebihan dalam kecerdasan ini tertarik memanipulasi lingkungan serta cenderung suka menerapkan strategi coba-ralat. Mereka suka bermain yang berkaitan dengan berpikir logis seperti mencari jejak (maze), menghitung benda-benda, timbang-menimbang dan permainan strategi.

b.    Kecerdasan logiko-matematika terletak di otak depan sebelah kiri danparietal kanan. Kecerdasan ini dilambangkan dengan terutama dengan angka-angka dan lambang matematika lain.

c.    Pengasuh dapat menstimulasi anak dengan memberikan materi-materi konkrit yang dapat dijadikan bahan percobaan, seperti permainan mencampur warna, permainan aduk-garam, aduk-pasir, dan melalui interaksi positif yang mampu memuaskan rasa ingin tahu anak. Menurut Gardner kecerdasan logiko-matematika terletak pada otak bagian kiri dan lobus bagian depan.
 
[Continue reading...]

KECERDASAN JAMAK PADA ANAK

- 0 comments
Kemampuan anak balita dapat bekembang optimal apabila anak mampu mengembangkan kecerdasan jamak . Maksud kecerdasan disini tidak terbatas pada kemampuan anak yang terkait dengan kepandaian dengan prestasi akademik namun mencakup kemampuan lain yang terkait dengan semua bagian otak manusia. Hal ini dapat diwujudkan melalui kemampuan anak dalam berbicara, bermain dengan hitung-hitungan, berimajinasi dengan warna dan bentuk, mengekspresikan diri melalui gerakan, menangkap bunyi dan mengekspresikannya, kemampuan untuk bergaul dengan orang lain, kemampuan mengolah perasaan atau bnerkesenian, kemampuan mencintai alam dan lingkungan lebih luas lagi, seperti pada pemahaman alam semesta. Menurut Howard Gardner (2002),  kecerdasan jamak dapat diuraikan menjadi 9 kecerdasan, yaitu:



1.    Kecerdasan Bahasa (verbal-linguistik)

a.    Kecerdasan bahasa atau verbal-linguistik berkaitan erat dengan kata-kata, baik lisan maupun tertulis beserta dengan aturan-aturannya. Anak-anak yang memiliki kecerdasan bahasa menyukai kegiatan bermain yang memfasilitasi kebutuhan mereka untuk berbicara, bernegosiasi dan mengekspresikan perasaan. Anak yang cerdas dalam bahasa juga memiliki ketrampilan menyimak yang baik, dan memiliki minat terhadap buku.


b.    Cara belajar terbaik bagi mereka yang memiliki kecerdasan verba-linguistik adalah dengan mengucapkan, mendengarkan, dan melihat tulisan. Cara terbaik memotivasi mereka adalah dengan mengajak berbicara, menyediakan banyak waktu, rekaman, serta member peluang untuk menulis. 


c.    Pengasuh perlu menyediakan peralatan membuat tulisan, menyediakan tape recorder, sering mendongeng dan melakukan Tanya jawab. Menurut Gardner kecerdasan linguistic terletak pada otak bagian kiri dan lobus bagian depan.
[Continue reading...]

Gangguan yang Sering Ditemukan Pada Anak

- 0 comments


Terdapat beberapa gangguan yang sering ditemukan pada anak dan perlu diketahui orang tua atau pengaush sehingga dapat dilakukan tindakan penanganan dengan segera. Gangguan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut:

a.    Gangguan Bicara dan Bahasa
Kemampuan berbicara merupakan indikator seluruh perkembangan anak, karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya. Hal ini akan melibatkan aspek kognitif, motorik, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan dampaknya akan menetap.

b.    Cerebral Palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dari postur tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik pada susunan syaraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai pertuimbuhannya.

c.    Down Syndrom
Anak dengan Down Syndrom adalah individu yang tidak dapat dikenaL dari fenotifnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa faktor penting seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterlambatan untuk menolong diri sendiri.

d.    Perawakan Pendek
Atau disebut sebagai short stature merupakan suatu terminologi mengenai tinggi badan yang berada dibawah persentil 3 atau -2SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena variasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.

e.    Autisme
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak usia 3 tahun. Pervasif berati meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

f.     Retardasi Mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan tingkat intelegensi yang rendah (IQ <70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal .

g.    Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hyperaktivitas (GPPH)
GPPH disebut juga sebagai Attention Dificultty Hyperactivity Disorder (ADHD).Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian dan seringkali disertai dengan hiperaktivitas.
[Continue reading...]

Tindakan yang Dapat Dilakukan pada Anak

- 0 comments
Untuk menghindari kesalahan dari perlakuan orang tua atau pengasuh maka beberapa tindakan berikut ini, perlu dilakukan ;

a.    Perlakukan Anak sebagai Anak
Banyak orang tua atau pengasuh melihat dan memperlakukan anak sebagai orang dewasa kecil, bukan sebagai seseorang yang sedang tumbuh dan berkembang untuk kemudian menjadi dewasa. Karena itu orang tua atau pengasuh jangan beranggapan bahwa anak dapat berpikir dan bertindak seperti orang dewasa. Anak suka mengulang-ulang kegiatannya, memusatkan perhatian untuk waktu yang pendek, suka melakukan percobaan dan banyak kegiatan lain yang menurut pandangan orang dewasa sebagai kegiatan yang tidak bermanfaat dan membosankan. 

b.    Penuhi Kebutuhan Anak
Anak memiliki banyak kebutuhan, mulai dari kebutuhan makanan dengan gizi yang berimbang, lingkungan yang sehat dan aman, rasa aman, kondisi kesehatan yang prima, perasaan ”diterima”, kebutuhan unuk mengembangkan potensi diri, pengakuan atas harga diri mereka. Tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan anak dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Memenuhi kebutuhan anak tidak sama dengan memanjakan anak.

c.    Beri Anak Kesempatan
Menerima anak sebagaimana ia adanya bukan hal yang mudah. Rasa takut ”kehilangan” anak yang selama ini menggantungkan hidupnya kepada kita  merupakan cara dari ketidakmauan orang tua atau pengasuh untuk memberi kesempatan kepada anak mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Beri kesempatan anak untuk mandiri, kesempatan untuk melakukan beragam kegiatan yang diperlukan dalam mengembangkan seluruh potensinya sesuai dengan tahapan perkembangannya. Orang tua atau pengasuh adalah fasilitator, pendidik, pelindung dan juga pengawas.

d.    Bimbing Anak Untuk Membawa Diri
Selama hidupnya manusia selalu berhubungan dengan orang lain. Demikian halnya anak, pertama-tama akan menjalin hubungan dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya, kemudian dengan tetangga, saudara, teman sebaya dan selanjutnya akan semakin memperluas pergaulan. Dalam pergaulan dimanan pun berada, selalu ada aturan atau etika serta sopan santun. Dengan memahmi etiket pergaulan akan memupuk kemampuan membawa diri dan menuntunnya kelak menjadi manusia yang sukses. Oleh karenanya, ajarkan bagaimana anak harus bersikap kepada orang lain, tata cara bersalaman, memberi salam saat bertemu serta beragam etika kesopanan lainnya sejak dini yang dapat dilakukan mulai dari dalam  keluarga.

e.    Tumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak
Berikan rasa ”mampu” kepada anak dengan cara memberikan pujian sewajarnya setiap kali anak dapat menyelesaikan sesuatu, betapa pun kecilnya. Hal ini akan menumbuhkan rasa percaya diri anak yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap perilakunya kelak, disamping juga berpengaruh terhadap prestasi dan kemampuan mereka untuk berkompetisi.
Anak sangat sulit untuk memahami dirinya, namun bukan berarti anak tidak dapat memahami dirinya sendiri. Konsep menemukan dirinya sendiri merupakan kesadaran atas keberadaan diri anak di lingkungannya sehingga akan menumbuhkan rasa ”diterima” oleh lingkungannya. Perasaan ini akan mengembangkan harga diri anak yang diperlukan sebagai kontrol diri atas segala perilaku dan ucapannya. Cara membimbingnya dilakukan dengan cara memberikan tugas atau kewajiban sebagai anggota keluarga, sesuai dengan kemampuannya.  

f.     Tanamkan Sikap Jujur
Kejujuran ibarat mata uang yang berlaku dimana saja dan kapanpun juga. Membohongi anak sama buruknya berbohong kepada orang lain di depan anak. Jangan pula terburu-buru memberi cap ”pembohong” kepada anak saat menceritakan imajinasinya. Anak balita belum bisa membedakan antara imajinasi dengan kenyataan.

g.    Jadilah Teladan
Mulailah tindakan dengan memberikan keteladanan. Anak merupakan peniru yang paling ulung. Segala yang dilihat, didengar dan dirasakan akan dapat ditirukan dengan tepat. Jangan lakukan apapun yang orang tua tidak ingin hal tersebut dilakukan oleh anak. Menjadi teladan bukan berarti menjadikan anak pengekor kita.
[Continue reading...]

Perlakuan Salah yang Sering Ditemukan Pada Anak

- 0 comments
Dalam memperlakuan anak balita, sering tidak disadari pengasuh atau orang tua, melakukan kesalahan dalam memperlakukan anak balita. Kesalahan perlakuan yang sering ditemukan meliputi: 

a.    Selalu Mencari Aman.
Melarang anak dan mengatakan ”JANGAN” kepada anak merupakan perwujudan keinginan orang tua. Larangan hanya akan membuat anak nekad melakukan kesalahan dan kesalahan yang lebih besar lagi dikemudian hari. Informasi yang tepat berguna bagi anak daripada melarang anak untuk melakukan sesuatu.

b.    Mengambil Alih Tugas Anak.
Ketidaksabaran dan keinginan untuk selalu mencari aman membuat orangtua tidak pernah memberikan tugas kepada anak dan bahkan mengambil alih tugas anak yang diberikan oleh gurunya atau orang lain. Keinginan oprang tua untuk menunjukkan bahwa anak tidak mengenal dan bahkan lari dari tanggung jawab. Anak tidak dapat dan tidak terbiasa menyelesaikan tugas, disamping anak juga tidak berkesempatan untuk mandiri. 

c.    Terlalu Berharap.
Adalah keinginan orang tua semata agar anaknya hafal nama-nama kepala negara seluiruh dunia pada usia 2 tahun atau pula anaknya menjadi rangking pertama di sekolahnya. Lebih parah lagi cukup banyak orang tua yang mendiktekan masa depan anak karena dirinya gagal mencapai cita-cita. Harapan yang berlebihan tidak hanya membuat anak tertekan tetapi juga akan menghantam balik akibatnya pada orang tua.

d.    Menyerahkan Kepada Orang Lain.
Kurangnya berkomunikasi dengan anak diperburuk dengan mudahnya orang tua menyerahkan begitu saja pengasuhan dan pendidikan anak kepada pengasuh, guru atau orang lain. Meski alasan ekonomi sering melatarbelakangi hal ini, namun kepedulian orang tua pada anak harus menjadi prioritas. Ketidakpedulian  orangtua terhadap aktivitas sehari-hari anak dapat mengejutkan orang tua pada saat anak melakukan sesuatu yang tidak diinginkan orang tua.

e.    Memberi Contoh Salah
Banyak orang tua yang tidak sadar akan perbuatan atau kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, mabuk dan berbohong. Sering pula orangtua tidak sadar mengajarkan berbohong atau perilaku tidak baik lainnya kepada anak. Orang tua sebagai model atas perbuatan dan kebiasaan yang akan ditiru anak.

f.     Melakukan Kekerasan
Kesalahan yang semuanya bersumber dari kesalahan orangtua, cepat atau lambat akan dilakukan anak tanpa sengaja. Ujungnya bukan orangtua introspeksi diri, bahkan sebaliknya yang dilakukan orangtua. Mulai dari memasang muka masam, menimpakan kesalahan kepada anak sampai kepada kekerasan fisik dilakukan orang tua bahkan sampai menghilangkan nyawa anak.
[Continue reading...]

Kebutuhan Psikologis Anak Balita

- 0 comments
Kebutuhan psikososial anak balita, yang dapat dilakukan orang tua atau pengasuh dapat mempengaruhi optimalisasi tumbuh kembang anak balita. Perilaku orang tua atau orang dewasa lainnya yang perlu diperhatikan, yakni:

a.    Akrab
Sejak anak masih dalam kandungan, orang tua harus menjalin akrab dengan anak, demikian halnya setelah anak mencapai balita, pengasuh atau pembimbing harus menjalin akrab dengan anak. Keakraban ini penting untuk memberikan rasa nyaman dan aman yang diperlukan anak untuk mengeksplorasikan lingkungannya. Tanpa rasa nyaman dan aman, anak akan menarik diri dari dunianya. Anak menjadi tidak terbuka dengan pengalaman dan kesempatan-kesempatan belajar, dimana hal ini akan dibawanya  sampai meninggal.   

b.    Disiplin
Disiplin tidak ada hubungan dengan hukuman dan aturan yang kaku. Disiplin lebih terkait dengan kebiasaan hidup teratur dan kebiasaan ini harus dimulai dari orang tua. Anak menyukai keteraturan dan rutinitas dan ini penting untuk membentuk pola kebiasaan, termasuk kedisiplinan. Kebiasaan hidup teratur dapat dilakuak melaui; kebiasaan mengembalikan barang ke tempatnya semula, membereskan mainan, merapikan meja setelah dipergunakan dsb.

c.    Hindari Kekerasan.
Marah kepada anak tanpa alasan yang dapat dipahami oleh anak sudah merupakan salah satu bentuik kekerasan. Menghukum baik fisik maupun mental termasuk memukul, mendiamkan anak, memasang muka cemberut, hanya akan membuat anak kehilangan percaya diri dan lebih jauh lagi anak akan kehilangan harga diri.

d.    Toleransi
Bertoleransi terhadap kesalahan anak, bukan kebalikan dari disiplin. Kesalahan yang dilakukan anak sering kali hanya karena perbedaan pandang kita sebagai orang tua atau orang dewasa dengan cara pandang anak. Menghargai perbedaan perlu dikenalkan pada saat anak mulai dapat berbicara dan bermain dengan teman sebayanya. Konflik yang sering terjadi karena kita tidak bisa menghargai perbedaan. Hal terkecil tetapi penting untuk dilakukan orangtua adalah mendengarkan dan menghargai pendapat anak. 

e.    Menjadi Motivator.
Anak tidak sekedar mencontoh dan anak tidak hanya membutuhkan keteladanan orangtua. Dorongan atau motivasi sering lebih penting daripada ajakan. Terlebih pada usia setahun, saat anak memerlukan kemampuan untuk mengontrol dirinya, motivasi berperan penting agar kelak tidak menjadi anak yang pemalu atau peragu. Dorongan orang tua akan muncul dengan sendirinya jika orangtua atau pengasuh sering mendampingi atau memfasilitasi kegiatan bermain anak. Tentu saja dorongan untuk mendikte yang sering muncul tanpa kita sadari harus benar-benar kita hindari.
[Continue reading...]
 
Copyright © . Only-me - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger